Membaca Al-Quran Tartil

Membaca Al-Quran tartil

Membaca Al-Quran secara Tartil adalah membaca Al-Qur’an dengan baik, benar dan fasih sesuai dengan standar ilmu tajwid. Baca Quran Tartil adalah salah satu dari empat program utama Pesantren Al-Khoirot yang wajib diikuti oleh seluruh santri tanpa terkecuali. Semua santri harus menguasai bacaan Quran dengan fasih sesuai makharijul huruf yang dijelaskan dalam ilmu tajwid. Karena, membaca Al-Quran secara fasih, baik dan benar hukumnya wajib. Terutama untuk membaca Al-Fatihah saat shalat.

DAFTAR ISI

  1. Program Al-Quran Tartil Al-Khoirot
  2. Cara Belajar Sendiri Baca Quran Fasih Tanpa Guru
  3. Dalil Wajibnya Tartil
    1. Definisi Tartil Secara Bahasa (Etimologis)
    2. Pengertian Tartil Secara Terminologi (Istilah)
  4. Ilmu Tajwid
  5. Hakekat Tajwid
  6. Hukum Tidak Fasih Membaca Al-Fatihah Dalam Shalat
  7. Keutamaan Membaca Al-Quran Dengan Fasih

MEDODE YANG DIGUNAKAN AL-KHOIROT DALAM PEMBELAJARAN AL-QURAN TARTIL

Untuk memastikan bahwa setiap santri mampu membaca Al-Quran dengan tartil dan fasih, maka pembelajaran membaca Al-Quran dilakukan secara intensif dalam tiga metode yang berbeda sebagai berikut.

Metode Pertama, dilakukan 5 kali dalam seminggu (selain Senin malam dan Kamis malam). Waktunya setiap selesai shalat maghrib selama sekitar 30 – 45 menit. Setiap muallim (guru) Al-Quran membawahi sekitar 10 murid untuk memastikan pembelajaran berjalan efektif. Dalam majelis ini, muallim akan membaca Al-Quran setiap ayat yang kemudian diikuti oleh seluruh murid secara bersamaan. Setelah itu, guru akan meminta murid membaca satu-persatu bacaan yang telah dibaca dan diberi contoh oleh guru. Guru akan mengoreksi bacaan setiap murid apabila ada yang salah bacaannya. Motode ini berlaku bagi semua murid baik yang sudah pintar mengaji Quran (tapi belum menjadi muallim) atau yang masih dasar. Sistem pengajaran yang digunakan pada metode pertama ini adalah berdasarkan pada metode KH. Bashori Alwi, pengasuh PIQ Singosari, Malang.

Metode Kedua, dalam metode kedua ini pembelajaran Al-Quran diadakan sebagai bagian dari kurikulum Madrasah Diniyah (Madin). Waktunya pada saat jam belajar madrasah diniyah yakni jam 14.00 sampai 16.00 dan pesertanya khusus siswa madin kelas I’dad (persiapan) yang belum begitu lancar membaca atau sama sekali belum bisa membaca Al-Quran. Sistem pengajaran yang dipakai pada sistem kedua adalah adalah Metode Usmani untuk santri putra.

Metode Usmani adalah metode cepat dan praktis membaca Al-Quran tanpa mengeja dari nol sampai pintar dan fasih bacaannya dan paham tajwidnya. Metode Utsmani dibuat dan disusun oleh salah seorang santri Metode Qiroati.

Medode ketiga, memakai sistem Qiraati untuk pembelajaran Al-Quran tingkat dasar bagi santri putri yang sekolah formal tingkat tsanawiyah. Untuk santri putri non-MTS, dibolehkan untuk ikut bagi yang berminat saja.

TPQ (Taman Pendidikan Al-Quran) Al-Khoirot metode Qiraati juga diperuntukkan untuk para santri kecil yang berlokasi di sekitar pesantren di samping bagi santri Al-Khoirot putri.

Dengan ketiga sistem ini, maka dalam waktu tidak lama setiap santri akan mampu membaca Al-Quran secara fasih dan tartil walaupun mulai belajar dari nol.

Untuk lebih memastikan lagi kemampuan setiap santri, secara berkala pembelajaran membaca Al-Quran juga dilakukan di sekolah formal, khususnya bagi santri baru atau santri lama yang akan berhenti (karena akan lulus sekolahnya).

CARA BELAJAR SENDIRI BACA QURAN FASIH TANPA GURU

Apabila anda bukan santri dan jauh dari guru ngaji, maka anda bisa belajar Al-Quran tartil secara otodidak.

Belajar membaca dan melafalkan Al-Quran dengan fasih yang ideal adalah dengan petunjuk dan bimbingan seorang guru agar supaya maksimal pembelajarannya. Namun, kalau situasi dan kondisi tidak memungkinkan, misalnya karena usia dan pekerjaan yang tidak bisa ditinggal sementara tidak ada guru privat yang dapat membimbing, maka anda dapat belajar sendiri tanpa guru.
baca quran fasih
Caranya mudah sebagai berikut:

Pertama, dengarkan bacaan Al-Quran yang dilantunkan oleh para qari terkenal baik dalam format MP3 atau dalam bentuk video yang bisa anda dapatkan dengan mudah di Youtube. Atau, bisa juga anda membeli CD / DVD -nya di toko terdekat.

Kedua, tiru bacaan tersebut ayat demi ayat dengan baik. Dan ulangi berkali-kali sampai anda merasa sudah dapat meniru dengan benar.

Ketiga, perdengarkan bacaan anda pada orang terdekat yang bisa membaca Al-Quran.

Mulailah dari Surah Al-Fatihah. Setelah itu, lanjutkan dengan surah-surah pendek pada juz 30 dari Surah Ad-Dhuha sampai Surah An-Nas.

Anda dapat berlatih mendengarkannya di rumah atau sambil naik kendaraan atau kereta dari rumah menuju tempat kerja dan sebaliknya.

Selamat belajar dan menjadi imam shalat untuk keluarga!

DALIL WAJIBNYA TARTIL

Dalam Al-Muzammil: 4 Allah berfirman:

وَرَتِّلِ الْقُرْءَانَ تَرْتِيلا

Artinya: Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil.

Al-Zarkasyi dalam Al-Burhan, hlm. 1/259 memaknai QS Al-Muzammil ayat 4 sebagai berikut:

ورتل القرءان ترتيلا أي اقرأه على هذا الترتيب من غير تقديم ولا تأخير

Artinya: Dan bacalah al-Qur’an itu dengan tartil maksudnya bacalah Al-Quran secara urut dan tertib tanpa mendahulukan dan mengakhirkan.

Hadits sahih riwayat Bukhari:

ليس منا من لم يتغن بالقرآن

Artinya: Bukan bagian dari kami orang yang tidak membaguskan suara dengan Al-Quran.

Maksud kata ‘يتغنى بالقرآن’ ini menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, hlm. 6/78, sebagai berikut:

يتغنى بالقرآن ـ معناه عند الشافعي وأصحابه وأكثر العلماء من الطوائف وأصحاب الفنون: يحسن صوته به. وعند سفيان بن عيينة: يستغني به. قيل: يستغني به عن الناس. وقيل: عن غيره من الأحاديث والكتب. قال القاضي عياض: القولان منقولان عن ابن عيينة، قال: يقال: تغنيت وتغانيت بمعنى استغنيت. وقال الشافعي وموافقوه: معناه تحزين القراءة وترقيتها، واستدلوا بالحديث الآخر: زينوا القرآن بأصواتكم. قال الهروي: معنى يتغنى به: يجهر به، وأنكر أبو جعفر الطبري تفسير من قال: يستغني به، وخطأه من حيث اللغة والمعنى، والخلاف جار في الحديث الآخر: ليس منا من لم يتغن بالقرآن

والصحيح أنه من تحسين الصوت ويؤيده الرواية الأخرى يتغنى بالقرآن يجهر به.

Artinya: Makna “يتغنى بالقرآن” menurut Imam Syafi’i dan sahabatnya dan mayoritas ulama dari berbagai golongan adalah membaguskan suara saat membaca Al-Quran. Menurut pendapat Sofyan bin Uyainah: maknanya merasa cukup dengan Quran. Pendapat lain: cukup dengan Quran dari manusia… Imam Syafi’i dan yang sepakat dengannya berkata: Maknanya adalah menghaluskan bacaan. Mereka berdalil dengan hadits lain: “Hiasilah Al-Quran dengan suaramu.” Al-Harawi berkata: Maknanya adalah mengeraskan suara bacaan Al-Quran. Abu Jafar Al-Tabari mengingkari pendapat yang menafsiri dengan yastagni bihi (mencukupkan diri dengan Al-Quran) dan disalahkan dari sudut bahasa dan maknanya. ..

Pendapat yang sahih adalah membaguskan suara. Ini dikuatkan dengan riwayat hadits lain yang berbunyi: يتغنى بالقرآن يجهر به (Membaguskan dan mengeraskan bacaan Al-Quran).

– Hadis sahih riwyat Bukhari dan Muslim Nabi bersabda:


الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

Artinya: Orang yang mahir membaca al Qur’an bersama malaikat yang mulia lagi taat. Adapun orang yang membaca al Qur’an dengan terbata-bata dan berat atasnya maka baginya dua pahala.

– Hadits sahih riwayat Bukhari dan Muslim:

ما أذن اللَّه لشيء ما أذن لنبي حسن الصوت يتغنى بالقرآن” : يجهر به.

Artinya: Allah tidak mendengar sesuatu seperti Ia mendengar seorang nabi yang bersuara bagus melantunkan Al Qur’an dengan nyaring.

– Hadist sahih Bukhari dan Muslim dari Barra bin Azib:

عن البراء بن عازب، قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قرأ في العشاء بالتين والزيتون، فما سمعت أحدا أحسن صوتا منه. رواه البخاري ومسلم

Aku mendengar Rosululloh membaca surat “At-Tin” dalam shalat ‘Isya’, tidaklah aku mendengar seorang pun yang lebih bagus suaranya dari pada Beliau.

DEFINISI TARTIL SECARA BAHASA DAN ISTILAH

Pengertian dan definisi tartil seperti disebut dalam QS Al-Muzammil ayat 4 dapat dilihat dari segi etimologis dan terminologis sebagai berikut:

DEFINISI TARTIL SECARA BAHASA (ETIMOLOGIS)

Menurut Mu’jam Al-Raid, secara bahasa, tartil adalah:

1 – مصدر رتل . 2 – تلاوة الصلاة مع لحن ونغم . 3 – تحسين الصوت . 4 – خفض الصوت عند القراءة

1. Bentuk masdar dari fi’il madhi rattala.
2. Bacaan shalat dengan lahn dan nagham (pelan).
3. Membaguskan suara.
4. Merendahkan suara saat membaca.

Dalam Musthalahat Fiqhiyah, makna tartil adalah:

الترتيل هو الترسل في القول ، وترتيل القرآن أي التمهل في قراءته

Artinya: Tartil adalah pelan dan lambat dalam pengucapan. Tartil Quran berarti pelan dan lambat dalam membaca Al-Quran

Menurut Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Muashir, makna tartil secara bahasa adalah:

إرسال الكلمة بسهولة واستقامة .

Artinya: Mengeluarkan atau melepaskan kata dengan mudah dan konsisten.

Dalam Al-Mukjam Al-Wasit, hlm. 1/327, dijelaskan:

رتل : استوى وانتظم وحسن تأليفه ، ورتل الشيء : نسقه ونظمه . ورتل : جود تلاوته

Artinya: Rattala bermakna 1. lurus, teratur, dan baik susunannya. 2. Baik bacaannya.

PENGERTIAN TARTIL SECARA TERMINOLOGI (ISTILAH)

Menurut Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Muashir, makna tartil secara terminologi ilmu tajwid adalah:

   رعاية مخارج الحروف وحفظ الوقوف .

Artinya: Memelihara tempat keluarnya huruf dan menjaga waqaf (berhentinya bacaan).

Menurut as-Syalhub dalam kitab Al-Adab, hlm. 12: Inti tartil dalam membaca adalah membacanya pelan-pelan, jelas setiap hurufnya, tanpa berlebihan.

Menurut Mujam Al-Ghani makna tartil adalah:

يُرَتِّلُ آيَاتِ الذِّكْرِ الحَكِيمِ تَرْتيلا جَيِّداً :- : يُؤَدِّيهَا بِتِلاَوَةٍ مُنَغَّمَةٍ وَبِصَوْتٍ حَسَنٍ ، وَأَدَاءٍ مُتَوَاتِرٍ يَخْتَلِفُ عَنِ التَّجْوِيدِ .

Artinya: Mentartil ayat Al-Quran dengan tartil yang baik. Yakni, membaca Al-Quran dengan bacaan yang pelan dan suara bagus dan melakukan mutawatir yang berbeda dari tajwid.

Dalam Syarah Mandhumah Al-Jazariyah, hlm. 13 dinyatakan bahwa Ali bin Abi Thalib menjelaskan makna tartil dalam ayat tersebut sebagai “Mentajwidkan huruf-hurufnya dengan mengetahui tempat-tempat berhentinya”.

Jalaluddin Al-Suyuti dalam Al-Durr Al-Mantsur, hlm. 8/314, mengutip pendapat Sahabat Ibnu Abbas:

إذا قرأت القرآن فرتله ترتيلا وبينه تبيينا

Artinya: Jika engkau membaca Al-Quran, maka baca dengan tartil yakni dibaca dengan jelas setiap hurufnya.

Dalam Lisan al-Arab, 11/265 dikutip pernyataan Abu Ishaq yang mengatakan bahwa makna tartil adalah:

والتبيين لا يتم بأن يعجل في القرآة، وإنما يتم التبيين بأن يُبيِّن جميع الحروف ويوفيها حقها من الإشباع

Artinya: Membaca dengan jelas tidak mungkin bisa dilakukan jika membacanya terburu-buru. Membaca dengan jelas hanya bisa dilakukan jika dia menyebut semua huruf, dan memenuhi cara pembacaan huruf dengan benar.

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir, 8/250 menjelaskan:

وَقَوْلُهُ: {وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا} أَيِ: اقْرَأْهُ عَلَى تَمَهُّلٍ، فَإِنَّهُ يَكُونُ عَوْنًا عَلَى فَهْمِ الْقُرْآنِ وَتَدَبُّرِهِ

Artinya: Dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, maksudnya bacalah dengan pelan karena itu bisa membantu untuk memahaminya dan berangan-angan dengan kandungannya.

Imam Thabari dalam Tafsir Ath Thabari, 23/680 menjelaskan:

وقوله: (وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا) يقول جلّ وعزّ: وبين القرآن إذا قرأته تبيينا، وترسل فيه ترسلا

Artinya: Dan firman-Nya: ‘dan bacalah Al Qur’an dengan tartil‘, maksudnya Allah ‘Azza wa Jalla mengatakan: perjelaslah jika engkau membaca Al Qur’an dan bacalah dengan tarassul (pelan dan hati-hati).

ILMU TAJWID

Tajwid secara bahasa adalah mashdar dari fi’il madhi jawwada, yang artinya membaguskan. Sedangkan secara istilah, Imam Ibnul Jazari dalam An Nashr fil Qira’at Al ‘Ashr, hlm. 1/210, menjelaskan:

الإتيان بالقراءة مجودة بالألفاظ بريئة من الرداءة في النطق ومعناه انتهاء الغاية في التصحيح وبلوغ النهاية في التحسين

Artinya: Tajwid adalah membaca dengan membaguskan pelafalannya, yang terhindar dari keburukan pelafalan dan keburukan maknanya, serta membaca dengan maksimal tingkat kebenarannya dan kebagusannya.

Kesimpulan

Membaca Al-Quran dengan tartil adalah membaca Quran dengan fasih sesuai dengan makharijul huruf, urutan kalimat dan makna yang dimaksud. Termasuk bagian dari tartil adalah membaguskan bacaannya.

PENGERTIAN TAJWID

Ibnul Jazari, penulis kitab tajwid Matan Al-Jazariyah, dalam An Nasyr fil Qira’at Al ‘Asyr, hlm. 1/212 menjelaskan hakikat ilmu tajwid sebagai berikut:

فالتجويد هو حلية التلاوة ، وزينة القراءة ، وهو إعطاء الحروف حقوقها وترتيبها مراتبها ، ورد الحرف إلى مخرجه وأصله ، وإلحاقه بنظيره وتصحيح لفظه وتلطيف النطق به على حال صيغته ، وكمال هيئته ; من غير إسراف ولا تعسف ولا إفراط ولا تكلف

Artinya: Maka tajwid itu merupakan penghias bacaan, yaitu dengan memberikan hak-hak, urutan dan tingkatan yang benar kepada setiap huruf, dan mengembalikan setiap huruf pada tempat keluarnya dan pada asalnya, dan menyesuaikan huruf-huruf tersebut pada setiap keadaannya, dan membenarkan lafadznya dan memperindah pelafalannya pada setiap konteks, menyempurnakan bentuknya. tanpa berlebihan, dan tanpa meremehkan.

HUKUM TIDAK FASIH MEMBACA AL-FATIHAH DALAM SHALAT

Orang yang tidak fasih (tidak tartil) membaca Al-Fatihah dilarang menjadi imam shalat kecuali apabila makmumnya juga sama tidak fasihnya. Dan wajib baginya terus belajar memperbaiki bacaannya.

Imam Nawawi dalam kitab Raudah at-Talibin wa Umdatul Muftin hlm. 1/350 berkata:

Makruh bermakmum pada imam yang tidak fasih bacaannya. Hukumnya diperinci: Apabila tidakfasihnya itu tidak merubah makna seperti menghilangkan huruf ha dari alhamdulillah maka sah shalatnya dan salat makmumnya. Apabila merubah makna seperti membaca dhommah atau kasroh pada ta’nya kata an’amta, maka shalatnya batal seperti ucapan imam: shiratal mustaqin (nun, bukan mim). Apabila memungkinkan baginya belajar, maka wajib memperbaikinya. Apabila waktunya pendek maka makmum meneruskan shalat dan mengqadha dan tidak boleh bermakmum padanya (lagi).

Apabila tidak mudah bagi lidahnya atau tidak memungkinkan untuk belajar, (maka diperinci): (a) apabila tidakfasihnya itu dalam bacaan Al-Fatihah maka shalatnya makmum yang sama-sama tidah fasih hukumnya sah. (b) adapun makmumnya orang yang baik bacaan fatihahnya maka hukumnya sama dengan shalatnya qari’ bermakmum pada imam ummi [yakni tidak sah]. Apabila tidak fasihnya itu di selain bacaan Al-Fatihah maka sah shalatnya imam dan shalatnya makmum.

Teks Arabnya lihat di sini.

KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN DENGAN FASIH

Orang yang dapat membaca Al-Quran dengan fasih apalagi kalau memahami maknanya, maka dia berhak mendapat kehormatan sebagai berikut:

1. Yang fasih bacaan Quran-nya adalah yang paling utama menjadi Imam Shalat. Nabi bersabda dalam sebuah hadits sahih riwayat Muslim


يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ، فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ، فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً، فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا وفي رواية فَأَكْبَرُهُمْ سِنًّا ، وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ، وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

Artinya: Yang menjadi imam shalat suatu kaum adalah yang paling fasih membaca Al-Quran. Apabila mereka sama kemampuan membacanya, maka yang terpandai dalam bidang Sunnah, apabila sama di bidang hadis makayang paling awal berhijrah, apabila sama dalam hijrah, maka yang paling awal masuk Islam. Dalam riwayat lain, yang paling tua umurnya….

2. Yang terbaik adalah yang mengajarkan Al-Quran pada yang lain.
Dalam hadis sahih riwayat Bukhari dan lainnya dari Usman bin Affan Nabi bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Artinya: Yang terbaik di antara kalian adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarkannya

3. Membaca Al-Quran Menjadi syafaat (penolong) bagi pembacanya di hari kiamat. Dalam hadits sahih riwayat Muslim Nabi bersabda:

اقرؤوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعاً لأصحابه

Artinya: Bacalah Al-Quran. Karena baca Quran itu akan menjadi penolong di hari kiamat bagi pembacanya.

4. Hadis sahih riwayat Bukhari Muslim Nabi bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْأُتْرُجَّةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا طَيِّبٌ وَمَثَلُ الْمُؤْمِنِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ التَّمْرَةِ لَا رِيحَ لَهَا وَطَعْمُهَا حُلْوٌ

Artinya: Perumpamaan seorang muslim yang membaca al Qur’an adalah seperti buah Utrujah, baunya enak dan rasanya juga enak. Adapun perumpamaan seorang muslim yang tidak membaca al Qur’an adalah seperti buah Kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis.

Membaca Al-Quran Tartil

3 tanggapan pada “Membaca Al-Quran Tartil

  1. Assalamu alaikum warahmatullahi wabaraktuh anak satunya masuk MA dan yg satunya lg mau msk santri dewasa tp di tmpat km blum ada pengumuman kelulusan,andaikan kami datang k ponpes malang di minggu k 4 dibulan juni ini apa msh d terima ya?atau bolehkah formulir pendaftarannya sy kirim lewat wa lebih awalnya?biar sy yakin akan terterima.karena anak sy tdk mendaftar di ponpes manapun disini,kecuali k malang.

    1. Masih diterima.
      Sebenarnya bisa saja datang sekarang tanpa menunggu kelulusan. Ijazah bisa menyusul. Akan lebih baik apabila meminta surat keterangan dari sekolah bahwa dia dinyatakan lulus.

Komentar ditutup.

Kembali ke Atas