Profil KH Jafar Sodiq Syuhud

Profil KH Jafar Sodiq Syuhud

Profil KH Jafar Sodiq Syuhud adalah putra keenam dari KH. M. Syuhud Zayyadi dan Ny. Hj. Masluha Muzakki. Dewan Pengasuh Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Wafat, 3 Juli 2020.

Pendidikan awal dimulai dari rumah. Belajar membaca Al-Quran dari seorang ustadz Al-Khoirot yang bernama Ustadz Miskari. Saat itu sistem belajar membaca Al-Quran dasar masih menggunakan sistem mengeja. Metode membaca Al-Quran sistem Qiroati dan Iqro’ belum ada saat itu.

Setelah proses belajar mengeja selesai, pelajaran membaca Al-Quran dilanjutkan dengan membaca surat-surat pendek yang ada pada juz 30. Dalam tahap ini ia belajar pada ibunya yakni Ny. Hj. Masluha Muzakki dan kemudian berlanjut pada ayahnya sampai khatam 30 juz.

PROFIL SINGKAT KH. M. JA’FAR SHODIQ SYUHUD (1970-2020)

Nama lengkap: Muhammad Ja’far Shodiq
TTL (tempat tanggal lahir): Malang, 19 Februari 1970
Nama ayah: KH Muhammad Syuhud Zayyadi
Nama Ibu: Ny. Hj. Masluha Muzakki
Nama Istri: Ny. Hj. Juwairiyah Arifin

Anak:
1. Daud Ibrahim
2. Bessam
3. Faidh
4. Aiyadh
5. Musa
6. Isa

Pendidikan formal terakhir: Pascasarjana Sosiologi UMM
Pendidikan pesantren:
– PP Nurul Jadid
– PP Al-Khoirot

Jabatan:
– Dewan Pengasuh PP Al-Khoirot Malang
– Pengurus RMI NU Wilayah Jawa Timur

Wafat: PPA Karangsuko, Malang, Jumat 3 Juli 2020

Masa Kecil

Setelah selesai membaca Juz 30 atau Juz Amma, ia mulai melanjutkan belajar membaca Al-Quran secara sorogan pada ayahanda KH. Syuhud Zayyadi sejak Juz 1 sampai 29.

Setelah usia sekitar 6 tahun, tibalah waktunya masuk Sekolah Dasar (SD) negeri Karangsuko pada pagi harinya. Sedangkan pada siang harinya sejak jam 12.30 sampai jam 17.00 ia belajar ilmu khusus agama di madrasah diniyah Annasyiatul Jadidah. Program sekolah diniyah yang berada di bawah Pondok Pesantren Al-Khoirot.

Di samping itu, Kyai Ja’far juga masih belajar ilmu Nahwu dan Shorof secara khusus dari Kyai Syuhud sendiri.

Belajar di Pesantren Nurul Jadid

Setelah lulus SD dan Madrasah Diniyah, Kyai Ja’far melanjutkan pendidikannya ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton Probolinggo. Di sana ia belajar cukup lama. Seluruh pendidikan formalnya dilakukan di sini mulai dari Madrasah Tsanawiyah sampai lulus program sarjana Strata 1 (S1) IAINJ (Institut Agama Islam Nurul Jadid).

Pada waktu yang sama, ia juga belajar kitab kuning pada para masyayikh dan pengasuh Nurul Jadid seperti KH. Wahid Zaini, KH. Zuhri Zaini dan KH. Hasan Abdul Wafi.

Kyai Ja’far cukup lama mondok di Popes Nurul Jadid sampai dipercaya untuk mengajar di perguruan tinggi IAINJ bahkan setelah ia berhenti dari Nurul Jadid.

Studi Program Master

Setelah menyelesaikan pendidikan program Sarjana Strata Satu (S1) di IAI Nurul Jadid, ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yakni program pascasarjana Strata Dua (S2) jurusan Sosiologi di salah satu perguruan tinggi di Malang.

Studi Khusus Islam di Makkah, Arab Saudi

Pada tahun 2008, Kyai Ja’far melanjutkan pendidikan kajian khusus Islam di Makkah Arab Saudi. Ia berguru pada dua ulama Ahlussunnah Wal Jamaah di Makkah Al-Mukarromah yaitu Sayid Ahmad Al-Maliki, putra Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dan Syaikh Muhammad Al-Yamani, putra Syaikh Ismail Al-Yamani. Masa studi di Makkah tidak lama, sekitar setahun lebih dan kembali ke Tanah Air.

Kembali ke Tanah Air

Pada tahun 2009, Kyai Ja’far kembali ke Indonesia untuk mengabdikan diri pada pesantren dan masyarakat. Pada Mei 2009, pendidikan formal MTS dan MA didirikan untuk pertama kalinya. Kyai Ja’far menjadi kepala sekolah pertama di Madrasah Aliyah Al-Khoirot sampai 2011. Setelah wafatnya Kyai Ali pada tahun 2011, beliau mundur sebagai Kepala Sekolah MA Al-Khoirot, dan fokus mengabdikan diri pada masyarakat dan pesantren menggantikan tugas-tugas yang biasa dilakukan oleh almarhum Kyai Zainal Ai Suyuthi.

Di samping itu, Kyai Ja’far juga mengajar kitab kuning pada setiap hari Selasa dari Jam 4 sampai 5 sore yang diikuti oleh seluruh santri putra dan putri (via speaker). Mengajar Madin Tsanawiyah (Wustho 1 dan 2) bidang studi ilmu balaghah (sastra Arab) dan Ma’had Aly untuk bidang studi Tafsir Ayat Ahkam.

KESAKSIAN

1. KH. Abdul Hamid Wahid,

Rektor Universitas Nurul Jadid (UNUJA) dan Ketua Yayasan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo

Warga Pesantren Berduka,
Innalillahi wa inna ilaihi Rajiun, Selamat jalan memenuhi PanggilanNya, Pamanda KH. Ja’far Shodiq, ipar Pamanda KH. Zuhri Zaini. Beliau Pengasuh PP. Al Khoirot, Karangsuko Pagelaran Malang. Meninggal hari ini, Jumat 3 Juli 2020. Insyaallah Husnul Khatimah.. Saya bersaksi panjenengan Orang baik.

Beliau adalah teman sekamar dari Almarhum Agus M Zaki, pengasuh PP. Al Masruriyah Tebuireng Jombang, ketika belajar di PP. Nurul Jadid, yang telah mendahului menghadap Allah dua hari yang lalu.

2. Ahmad Jauhari, wali santri Al-Khoirot

“Saya tahu, beliau salah satu dari empat pengasuh PP. Al-Khoirot Malang yang paling dekat dengan para santri. Saya juga tahu, beliau juga paling dekat dengan masyarakat, mulai wali santri, alumni dan lembaga pendidikan pesantren di Malang dan sekitarnya,” tulis Jauhari di dinding facebooknya, Jum’at 3 Juli 2020, sesaat setelah mendengar Kiai Ja’far meninggal.

“Saya tahu, karena anak ketiga saya adalah salah satu santri Al-Khoirot. Melalui beliaulah, anak dari darah daging saya, pernah saya pasrahkan pengasuhannya. Saya sering berdiskusi, sharing, menggali dan meminta pendapat beliau mengenai berbagai aspek,” tambahnya.

3. Afif Nthue Quew, wali santri dari Kabupaten Bangkalan.

“Saya wali santri dari Bangkalan Madura ikut berduka cita atas wafatnya al-Maghfurllah KH Ja’far. Selamat jalan Yai Ja’far. Semoga semua pengabdian jenengan kepada santri dicatat sebagai amal Ibadah. Kami berharap, ilmu yang jenengan teteskan kepada semua santri bisa mengalir seperti derasnya hujan, yang turun dan merata pada semua murid, bermanfaat dunia akhirat, dan menjadi saksi amal soleh jenengan di alam sorga bersama para ulama,” tulis Afif di dinding facebook Pesantren Al-Khoirot, Juma’t, 3 Juli 2020

4. Syaiful Bahar,

murid Kiai Ja’far di MTs Nurul Jadid yang kini telah menjadi dosen di UINSA,

“Dari beliau saya dan teman-teman saya mengenal organisasi. Beliau Pembina OSIS MTs Nurul Jadid saat itu. Bisa dikatakan, beliaulah yg membentuk kepribadian kami. Dari beliau kami mengenal kata tangguh dan kenyal (kuat tapi lemah lembut). Beliau yang mengajari dan beliau juga yang memberi tauladan,” tulisnya di dinding facebook miliknya.

“Meskipun beliau adik ipar KH. Moh. Zuhri Zaini, beliau tak pernah nampak di atas. Beliau selalu menunduk tawadlu dan senang berbaur di bawah. Beliau sama sekali tak nampak sebagai keluarga pengasuh. Tak sungkan bahkan asyik dengan keseharian santri yang berbaur tanpa batas,” tambah Syaiful.

5. Khairul Anwar,

salah satu muridnya yang kini menduduki Wakil Sekretaris Jenderal GP Ansor Pusat,

“Beliau, KH. Jafar Sodiq sangat baik, guru saya di Tsanawiyah Nurul Jadid, yang mengenalkan dunia organisasi dan jurnalistik. Duka yang sangat dalam, semoga diampuni semua dosanya, diterima amal ibadahnya, husnul khotimah. Mohon doa semuanya. Al-Fatihah,” tulisnya.

6. Musyhafi Miftah,

alumni ALFIKR yang kini menjadi dosen tetap UNUJA.

“Beliau rela turun langsung mendampingi kader ALFIKR jika diperlukan, walaupun beliau sudah menjadi pengasuh di salah satu pesantren terbaik di Malang,” tulisnya dalam sebuah artikel yang dimuat timesindonesia.co.id. pada Jum’at, 3 Juli 2020.

7. Syaifuddin Munis Tamara.

teman-teman satu angkatan beliau di Pesantren Nurul Jadid

“KH. Ja’far Sodiq Suhud…. dua hari lalu aku telp, kamu baik-baik saja. Aku tanya kabar Gus Zaki wafat benar apa tidak…? Valid, jawabmu. Sekarang… Aku harus berkata apa… Tuhan… KepadaMu dia telah mengabdi… Dengan sebening hatinya… Ia ajarkan kesederhanaan, ajarkan keseriusan membaca dan menulis… Khususnya buat aku dan adik-adik kaderku di ALFIKR/KKPS, rahim besar untuk pembaharuan yang tercipta dari alakadarnya…,” tulis sobat karib Kiai Ja’far ini di dinding facebooknya, Jum’at 3 Juli 2020.

Baca juga: Profil Kyai Syuhud Zayyadi

Profil KH Jafar Sodiq Syuhud
Kembali ke Atas