Al-Khoirot Kecam Pelecehan Seksual oleh Oknum Pesantren

Al-Khoirot kecam pelecehan seksual oleh oknum pesantren

Al-Khoirot Kecam Pelecehan Seksual oleh Oknum Pesantren

Pondok Pesantren Al-Khoirot mengecam keras terjadinya pelecehan seksual pada santri putri yang dilakukan oleh sejumlah oknum pesantren yang sangat biadab dan tidak bertanggung jawab. Baik itu dilakukan oleh oknum pengurus pondok, ustadz (guru pengajar), maupun oleh pengasuh (kiai) pesantren itu sendiri.

Pondok Pesantren Al-Khoirot mendesak pada aparatur negara, dalam hal ini kepolisian, untuk mengambil tindakan cepat dan tegas dan kepada pengadilan untuk menghukum mereka secara maksimal sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Dan kepada pondok pesantren di seluruh Nusantara, khususnya yang bermanhaj Aswaja, agar mengambil langkah-langkah preventif agar masalah serupa tidak lagi terjadi di masa yang akan datang.

Segregasi Putra dan Putri adalah Kunci

Salah satu langkah yang paling penting adalah agar dilakukan pemisahan putra dan putri secara total. Meliputi hal-hal berikut:

  1. Seluruh tenaga pengajar laki-laki, meliputi kyai atau ustadz (guru), hendaknya tidak mengajar santri putri secara langsung. Kalau itu terpaksa dilakukan, maka hendaknya dilakukan melalui ruang yang berbeda dengan bantuan video (video confrence) dan/atau pengeras suara. Begitu juga sebaliknya, santri putra hendaknya tidak diajar oleh tenaga pengajar perempuan.
  2. Asrama putra dan putri ditempatkan pada lokasi yang terpisah agak jauh agar tidak memungkinkan kedua pihak bertemu.
  3. Kegiatan pendidikan hendaknya dilakukan terpisah antara putra dan putri. Baik pendidikan formal maupun non-formal.
  4. Gedung pendidikan putra dan putri hendaknya dibuat secara terpisah. Kalau ini tidak memungkinkan, setidaknya waktu kegiatan belajar mengajar diadakan secara terpisah.

Empat poin di atas sudah, sedang dan terus diberlakukan di Ponpes Al-Khoirot sejak awal berdirinya sampai saat ini. Dan semua berjalan dengan baik tanpa ada kesulitan apapun. Dan dengan sistem ini, terbukti tidak ada satupun kasus asusila di pesantren Al-Khoirot.

Mengapa harus ada segregasi putra dan putri di pesantren?

Kenapa pesantren harus seketat ini sistemnya, dalam hal pemisahan putra dan putri, karena sistem pendidikan di pesantren berjalan 24 jam. Para santri dan guru tinggal dalam satu kompleks pesantren selama 24 jam sepanjang tahun kecuali hari libur. Kondisi ini bisa dimanfaatkan oleh oknum yang amoral dan lemah imannya untuk mengekploitasi kondisi tersebut. Dan itulah yang terjadi pada  sejumlah kasus yang marak akhir-akhir ini. Walaupun itu sangat jarang terjadi, namun satu kasus pun sudah cukup untuk mencoreng citra dan reputasi seluruh pesantren yang lain.

Himbauan pada Calon Wali Santri

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti yang sudah terjadi, maka dihimbau pada calon wali santri agar dalam memilih pesantren untuk memprioritaskan pilihannya tidak hanya pada soal kualitas dan popularitas pesantren. Dua hal ini memang penting, tapi tidak kalah pentingnya adalah seberapa ketat suatu pesantren dalam menerapkan pemisahan putra dan putri, laki-laki dan perempuan.

Pesantren Garda Akhlak terakhir

Pesantren adalah penjaga, pembela dan pelopor pendidikan komprehensif, tidak hanya pendidikan ilmu pengetahuan (agama dan umum) tapi juga dan terutama adalah pendidikan akhlak sebagai manifestasi dari ilmu agama yang dipelajari. Di sisi lain, pesantren adalah lembaga swasta yang dapat didirikan oleh siapa saja yang mempunyai dana. Orang baik dan orang jahat. Untuk itu, peran pemerintah juga diperlukan agar lembaga yang mulia ini tidak dinodai oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab. Dengan cara memberikan pengawasan yang ketat terhadap pesantren yang sudah mendapatkan ijin dan memberi tindakan tegas pada pesantren yang belum mendapatkan ijin.

Baca juga: Manhaj dan akidah Al-Khoirot

Al-Khoirot Kecam Pelecehan Seksual oleh Oknum Pesantren
Kembali ke Atas